Inseminasi
Buatan (IB) pada hewan peliharaan telah lama dilakukan sejak berabad-abad yang
lampau. Seorang pangeran arab yang sedang berperang pada abad ke-14 dan dalam
keadaan tersebut kuda tunggangannya sedang mengalami birahi. Kemudian dengan
akar cerdinya, sang pangeran dengan menggunakan suatu tampon kapas, sang
pangeran mencuri semen dalam vagina seekor kuda musuhnya yang baru saja
dikawinkan dengan pejantan yang dikenal cepat larinya.Tampon tersebut kemudian
dimasukan ke dalam vagina kuda betinanya sendiri yang sedang birahi. Alhasil
ternyata kuda betina tersebut menjadi bunting dan lahirlah kuda baru yang
dikenal tampan dan cepat larinya. Inilah kisa awal tentang IB, dan setelah itu
tidak lagi ditemukan catatan mengenai pelaksanaan IB atau penelitian ke arah
pengunaan teknik tersebut.(http://ilmuternak.wordpress.com/materikuliah/reproduksi-ternak/sejarah-dan-manfaat
inseminasi-buatan/)
Inseminasi
buatan adalah peletakan sperma ke follicle ovarian
(intrafollicular), uterus
(intrauterine), cervix (intracervical),
atau tube fallopian
(intratubal) wanita dengan menggunakan cara buatan dan bukan dengan kopulasi
alami.Teknik modern untuk inseminasi buatan pertama kali dikembangkan untuk
industri ternak untuk membuat banyak sapi dihamili oleh seekor sapi jantan
untuk meningkatkan produksi susu. http://id.wikipedia.org/wiki/Inseminasi_buatan.
Inseminasi
Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan
mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih
dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina
dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut 'insemination gun'.
http://www.vet-klinik.com/Peternakan/Inseminasi-Buatan-IB-atau-Kawin-Suntik.html
BAB 1
ISI
1.PENGENALAN
ALAT IB
v Alat-alat
IB dan Bahan
Ø Inseminansi
gun
Ø Plastic
glove
Ø Plastic
sheath
Ø Pinset
Ø Gunting
Ø Container(16-34
liter)
Ø Thermos
lapangan(1-3 liter)
Ø Pakaian
lapangan
Ø Sabun
Ø Handuk
Ø Sepatu
boot
Ø Tas
insiminasi
Ø Tali
Ø Kertas
tissue
Gambar
alat
2.PELAKSANAAN IB
A.Sejarah
Perkembangan Inseminasi Buatan
Inseminasi Buatan (IB) pada hewan peliharaan telah lama
dilakukan sejak berabad-abad yang lampau. Seorang pangeran arab yang sedang
berperang pada abad ke-14 dan dalam keadaan tersebut kuda tunggangannya sedang
mengalami birahi. Kemudian dengan akar cerdinya, sang pangeran dengan
menggunakan suatu tampon kapas, sang pangeran mencuri semen dalam vagina seekor
kuda musuhnya yang baru saja dikawinkan dengan pejantan yang dikenal cepat
larinya.Tampon tersebut kemudian dimasukan ke dalam vagina kuda betinanya sendiri
yang sedang birahi. Alhasil ternyata kuda betina tersebut
menjadi bunting dan lahirlah kuda baru yang dikenal tampan dan cepat larinya.
Inilah kisa awal tentang IB, dan setelah itu tidak lagi ditemukan catatan
mengenai pelaksanaan IB atau penelitian ke arah pengunaan teknik tersebut.
Tiga
abad kemudian, barulah ada pengamatan kembali tentang reproduksi. Tepatnya pada
tahun 1677, Anthony van Leeuwenhoek sarjana Belanda penemu mikroskop dan
muridnya Johan amm merupakan orang pertama yang melihat sel kelamin jantan
dengan mikroskop buatannya sendiri. Mereka menyebut sel kelamin jantan yang tak
terhitung jumlahnya tersebut animalcules atau animalculae yang berarti jasad
renik yang mempunyai daya gerak maju progresif. Di kemudian hari sel kelamin jantan tersebut dikenal
dengan spermatozoatozoa. Pada tahun berikutnya, 1678, seorang dokter dan
anatomi Belanda, Reijnier (Regner) de Graaf, menemukan folikel pada ovarium
kelinci.Penelitian ilmiah pertama dalam bidang inseminasi buatan pada hewan
piarann dialkukan oleh ahli fisiologi dan anatomi terkenal Italia, yaitu
Lazzaro Spallanzani pada tahun 1780. Dia berhasil menginseminasi amphibia, yang
kemudian memutuskan untuk melakukan percobaan pada anjing. Anjing yang dipelihara
di rumahnya setelah muncul tanda-tanda birahi dilakukan inseminasi dengan semen
yang dideposisikan langsung ke dalam uterus dengan sebuah spuit lancip. Enam
puluh hari setelah inseminasi, induk anjing tersebut melahirkan anak tiga yang
kesemuanya mirip dengan induk dan jantan uang dipakai semennya.
Dua tahun kemudian (1782) penelitian spallanzani tersebut
diulangi oleh P. Rossi dengan hasil yang memuaskan. Semua percobaan ini
membuktikan bahwa kebuntingan dapat terjadi dengan mengunakan inseminasi dan
menghasilkan keturunan normal.Spallanzani juga membuktikan bahwa daya membuahi
semen terletak pada spermatozoatozoa, bukan pada cairan semen. Dia
membuktikannya dengan menyaring semen yang baru ditampung. Cairan yang
tertinggal diatas filter mempunyai daya fertilisasi tinggi. Peneliti yang sama
pada tahun 1803, menyumbangkan pengetahuannya mengenai pengaruh pendinginan
terhadap perpanjangan hidup spermatozoatozoa. Dia mengamati bahwa semen kuda
yang dibekukan dalam salju atau hawa dimusim dingin tidak selamanya membunuh
spermatozoatozoa tetapi mempertahankannya dalam keadaaan tidak bergerak sampai
dikenai panas dan setelah itu tetap bergerak selama tujuh setengah jam. Hasil
penemuannya mengilhami peneliti lain untuk lebih mengadakan penelitian yang
mendalam terhadap sel-sel kelamin dan fisiologi pembuahan. Dengan jasa yang
ditanamkannya kemudian masyarakat memberikan gelar kehormatan kepada dia
sebagai Bapak Inseminasi.
Perkenalan pertama IB pada peternakan kuda di Eropa,
dilakukan oleh seorang dokter hewan Perancis, Repiquet (1890). Dia menasehatkan
pemakaian teknik tersebut sebagai suatu cara untuk mengatasi kemajiran. Hasil
yang diperoleh masih kurang memuaskan, masih banyak dilakukan penelitian untuk
mengatasinya, salah satu usaha mengatasi kegagalan itu, Prof. Hoffman dari
Stuttgart, Jerman, menganjurkan agar dilakukan IB setelah perkawinan alam.
Caranya vagina kuda yang telah dikawinkan dikuakkan dan dengan spuit diambil
semennya. Semen dicampur dengan susu sapi dan kembali diinsemiasikan pada
uterus hewan tersebut. Namun diakui cara ini kurang praktis untuk dilaksanakan.
Pada tahun 1902, Sand dan Stribold dari Denmark, berhasil
memperoleh empat konsepsi dari delapan kuda betina yang di IB. Mereka
menganjurkan IB sebagai suatu cara yang ekonomis dalam pengunaan dan penyebaran
semen dari kuda jantan yang berharga dan memajukan peternakan pada umumnya.
Penanganan IB secara serius dilakukan di Rusia, sebagai
usaha untuk memajukan peternakan. Peneliti dan pelopor
terkemuka dalam bidang IB di Rusia adalah Elia I. Ivannoff. Tahun 1899 ia
diminta Direktur Peternakan Kuda Kerjaaan Rusia, untuk menentukan
kemungkinan-kemungkinan pemakaian IB. Dan dilah orang pertama yang berhasil
melakukan IB pada sapi dan domba.
Hasil
spektakuler dan sukses terbesar yang diperoleh adalah di Askaniya-Nova (1912)
yang berhasil menghasilkan 31 konsepesi yang 39 kuda yang di IB, sedang dengan
perkawinan alam hanya diperoleh 10 konsepsi dari 23 kuda yang di IB. Tahun
1914, Geuseppe amantea Guru Besar fisiologi manusia di Roma, banyak mengadakan
penelitian tentang spermatozoatologi, dengan hewan percobaan anjing, burung
merpati dan ayam. Kemudian dia berhasil membuat vagina buatan pertama untuk
anjing. Berdasar penemuan ini banyak peneliti lain membuat vagina buatan untuk
sapi, kuda dan domba. Tahun 1926, Roemelle membuat yang pertama kali membuat
vagina buatan untuk sapi, dan orang pertama yang membuat vagina buatan untuk
domba dan kambing adalah Fred F. Mckenzie (Amerika Serikat) pada tahun 1931.
Pada tahun 1938 Prof. Enos J. Perry mendirikan koperasi IB pertama di Amerika
Serikat yang terletak di New Jersey.
Kemajuan
pesat dibidang IB, sangat dipercepat dengan adanya penemuan teknologi pembekuan
semen sapi yang disposori oleh C. Polge, A.U. Smith dan A.S. Parkes dari
Inggris pada tahun 1949. Mereka berhasil menyimpan semen untuk waktu panjang
dengan membekukan sampai -79 0C dengan mengunakan CO2
pada (dry ice) sebagai pembeku dan gliserol sebagai pengawet. Pembekuan
ini disempurnakan lagi, dengan dipergunakannya nitrogen cair sebagai bahan
pembeku, yang menghasilkan daya simpan yang lebih lama dan lebih praktis,
dengan suhu penyimpanan -169 0C.
B.Sejarah Perkembangan Inseminasi
Buatan di Indonesia
Inseminasi
Buatan pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun limapuluhan oleh
Prof. B. Seit dari Denmark di Fakultas Hewan dan Lembaga Penelitian Peternakan
Bogor. Dalam rangka rencana kesejahteraan istimewa (RKI) didirikanlah beberpa
satsiun IB di beberapa daerah di awa Tenggah (Ungaran dan Mirit/Kedu Selatan),
Jawa Timur (Pakong dan Grati), Jawa Barat (Cikole/Sukabumi) dan Bali
(Baturati). Juga FKH dan LPP Bogor, difungsikan sebagai stasiun IB untuk
melayani daerah Bogor dan sekitarnya, Aktivitas dan pelayanan IB waktu itu
bersifat hilang, timbul sehingga dapat mengurangi kepercayaan masyarakat.
Pada
tahun 1959 dan tahun-tahun berikutnya, perkembangan dan aplikasi IB untuk
daerah Bogor dan sekitranya dilakukan FKH IPB, masih mengikuti jejak B. Seit
yaitu penggunaan semen cair umtuk memperbaiki mutu genetik ternak sapi perah.
Pada waktu itu belum terfikirkan untuk sapi potong. Menjelang tahun 1965,
keungan negara sangat memburuk, karena situasi ekonomi dan politik yang tidak
menguntungkan, sehingga kegiatan IB hampir-hampir tidak ada. Stasiun IB yang
telah didirikan di enam tempay dalam RKI, hanya Ungaran yang masih bertahan.
Di
Jawa Tenggah kedua Balai Pembenihan Ternak yang ditunjuk, melaksanakan kegiatan
IB sejak tahun1953, dengan tujuan intensifikasi onggolisasi untuk Mirit dengan
semen Sumba Ongole (SO) dan kegiatan di Ungaran bertujuan menciptakan ternak
serba guna, terutama produksi susu dengan pejantan Frisien Holstein (FH).
Ternyata nasib Balai Pembibitan Ternak kurang berhasil melaksanakan tugasnya
dengan baik, kecuali Balai Pembibitan Ternak Ungaran, dan tahun1970 balai ini diubah
namanya menjadi Balai Inseminasi Buatan Ungaran, dengan daerah pelayanan samapi
sekarang di daerah jalur susu Semarang – Solo – Tegal.
Inseminasi
buatan telah pula digalakkan atau diperkenalkan oleh FKH IPB, di daerah
Pengalengan, Bandung Selatan, bahkan pernah pula dilakukan pameran pedet (Calf
Show) pertama hasil IB. Kemajuan tersebut disebabkan adanya sarana
penunjang di daerah tersebut yaitu 1) rakyat pemelihara sapi telah mengenal
tanda-tanda berahi dengan baik, 2) rakyat telah tahu dengan pasti bahwa
peningkatan mutu ternak melalui IB merupakan jalan yang sesingkat-singkatnya
menuju produksi tinggi, 3) pengiriman semen cair dari Bogor ke Pengalengan
dapat memenuhi permintaan, sehingga perbaikan mutu genetik ternak segera dapat
terlihat.
Hasil-hasil
perbaikan mutu genetik ternak di Pengalengan cukup dapat memberi harapan kepda
rakyat setempat. Namun sayangnya peningkatan produksi tidak diikuti oleh
peningkatan penampungan produksi itu sendiri. Susu sapi umumnya dikonsumsi
rakyat setempat. Akibatnya produsen susu menjadi lesu, sehingga perkembangan IB
di Pangalengan sampai tahun 1970, mengalami kemunduran akibat munculnya
industri-industri susu bubuk yang menggunakan susu bubuk impor sebagai bahan
bakunya.
Kekurang
berhasilan program IB antara tahun 1960-1970, banyak disebabkan karena semen
yang digunakan semen cair, dengan masa simpan terbatas dan perlu adanya alat
simpan sehingga sangat sulit pelaksanaanya di lapangan. Disamping itu kondisi
perekonomian saat itu sangat kritis sehingga pembangunan bidang peternakan
kurang dapat perhatian.
Dengan
adanya program pemerintah yang berupa Rencana Pembangunan Lima Tahun yang
dimulai tahun 1969, maka bidang peternakan pun ikut dibangun. Tersedianya dana
dan fasilitas pemerintah akan sangat menunjang peternakan di Indonesia,
termasuk program IB. Pada awal tahun 1973 pemerintah measukan semen beku ke
Indonesia. Dengan adanya semen beku inilah perkembangan IB mulai maju dengan
pesat, sehingga hampir menjangkau seluruh provinsi di Indonesia.
Semen beku yang digunkan selema ini merupakan pemberian
gratis pemerintah Inggris dansSelandia Baru. Selanjutnya pada tahun 1976
pemerintah Selandia Baru membantu mendirikan Balai Inseminasi Buatan, dengan
spesialisasi memproduksi semen beku yang terletak di daerah Lembang Jawa Barat.
Setahun kemudian didirikan pula pabrik semen beku kedua yakni di Wonocolo
Suranaya yang perkembangan berikutnya dipindahkan ke Singosari Malang Jawa
Timur.
Untuk kerbau pernah pula dilakukan IB, yakni di daerah
Serang, Banten, dengan IPB sebagai pelaksana dan Dirjen Peternakan sebagai
sponsornya (1978). Namun perkembangannya kurang memuaskan karena dukungan
sponsor yang kurang menunjang, disamping reproduksi kerbau belum banyak
diketahui. IB pada kerbau pernah juga diperkenalakan di Tanah Toraja Sulawesi
Selatan, Nusa Tenggara dan Jawa Timur.
Hasil evaluasi pelaksanaan IB di Jawa, tahun 1972-1974,
yang dilaksanakan tahun 1974, menunjukan anka konsepsi yang dicapai selama dua
tahun tersebut sangat rendah yaitu antara 21,3 – 38,92 persen. Dari survei ini
disimpulkan juga bahwa titik lemah pelaksaan IB, tidak terletak pada kualitas
semen, tidak pula pada keterampilan inseminator, melainkan sebagian besar
terletak pada ketidak suburan ternak-ternak betina itu sendiri. Ketidak suburan
ini banyak disebabkan oleh kekurangan pakan, kelainan fisiologi anatomi dan
kelainan patologik alat kelamin betina serta merajalelanya penyakit kelamin
menular. Dengan adanya evaluasi terebut maka perlu pula adanya penyemopurnaan
bidang organisasi IB, perbaikan sarana, intensifikasi dan perhatian aspek
pakan, manajemen, pengendalian penyakit.
A. Tujuan, Keuntungan dan Kerugian Insemiasi Buatan
Yang dimaksud dengan Inseminasi Buatan (IB) atau kawin
suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermatozoa atau
semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal
dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan
metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun‘.
Ø Tujuan Inseminasi Buatan
a) Memperbaiki mutu genetika ternak;
b) Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa
ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya ;
c) Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara
lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;
d) Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
e) Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
Ø
Keuntungan
IB
a) Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
b) Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan
baik;
c) Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi
betina (inbreeding);
d) Dengan peralatan dan teknologi yang baik
spermatozoa dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;
e) Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa
tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
f) Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada
saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;
g) Menghindari ternak dari penularan penyakit
terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.
Ø
Kerugian
IB
a) Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu
pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi terjadi kebuntingan;
b) Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia),
apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan
yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil;
c) Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding)
apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang
lama;
d) Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat
genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya
dengan baik (tidak melalui suatu progeny test).
Inseminator
Adalah tenaga teknis menengah yang telah dididik dan
mendapat sertifikat sebagai inseminator dari pemerintah (dalam hal ini Dinas
Peternakan).
Pelayanan
Petugas Inseminasi Buatan
Pelayanan inseminasi buatan dilakukan oleh Inseminator
yang telah memiliki surat izin melakukaN inseminasi (SIM) dengan sistem aktif,
pasif dan semi-aktif.Bila inseminator belum memiliki SIM maka tanggung jawab
hasil kerjanya jatuh pada Dinas Peternakan Propinsi tempatnya bekerja.
Pelaporan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) mengikuti
pedoman sebagai berikut:
- Inseminator mengisi tanggal pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) pertama, kedua, ketiga dan seterusnya pada kartu catatan Inseminasi Buatan (IB) masing-masing akseptor
- Inseminator wajib melaporkan jumlah sapi yang tidak birahi kembali setelah Inseminasi Buatan (IB) pertama (kemungkinan bunting) dan tempat serta nama peternak yang sapi / ternaknya yang baru di Inseminasi Buatan (IB) kepada Petugas Pemeriksa Kebuntingan
- Inseminator wajib melaporkan jumlah sapi yang "repeat breeder" (sapi yang telah di Inseminasi Buatan (IB) lebih dari tiga kali dan tidak bunting) kepada Asisten Teknis Reproduksi.
Tugas pokok inseminator adalah:
- Menerima laporan dari pemilik ternak mengenai sapi birahi dan memenuhi panggilan tersebut dengan baik dan tepat waktu
- Menangani alat dan bahan Inseminasi buatan sebaik-baiknya
- Melakukan identifikasi akseptor Inseminasi Buatan (IB) dan mengisi kartu peserta Inseminasi Buatan (IB);
- Melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) pada ternak;
- Membuat laporan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) dan menyampaikan kepada pimpinan SPT IB
Untuk
mempermudah pelaporan / permintaan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) maka harus
dibuat suatu sistem pelaporan yang sederhana, cepat, mudah dan murah. Kotak
laporan, bendera di depan rumah / kandang, kartu birahi dan lain-lain adalah
beberapa sistem komunikasi yang telah dijalankan pada beberapa tempat di
Indonesia. Setiap daerah mempunyai keadaan yang berbeda, oleh karena itulah
buatlah suatu perjanjian dengan para akseptor mengenai cara-cara komunikasi
yang baik yang disepakati bersama. Komitmen untuk mematuhi keputusan tersebut
juga diperlukan.
Petugas
IB (inseminator) hanya boleh menginseminasi kalau betina sedang birahi saja.
Kalau betina tidak sedang birahi, petugas IB sebaiknya memberitahukan ke
peternak dan memintanya untuk memperhatikan gejala birahi dengan lebih baik
lagi.
FOTO HASIL PENGAMATAN
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar